Artikel ini telah direview secara medis oleh
dr. Dedy Hendry, Sp.OG, Subsp. F.E.R
Obesitas semakin menjadi masalah kesehatan global yang berdampak luas, termasuk pada kesuburan. Di tengah meningkatnya angka obesitas, para peneliti menemukan hubungan signifikan antara obesitas dan infertilitas, baik pada pria maupun wanita. Obesitas tidak hanya mempengaruhi kualitas hidup secara umum, tetapi juga berdampak langsung pada kemampuan seseorang untuk memiliki keturunan.
Hubungan Antara Obesitas dan Infertilitas
Obesitas sering kali diukur dengan menggunakan Indeks Massa Tubuh (IMT), yaitu rasio berat badan terhadap tinggi badan. Seseorang dianggap obesitas ketika memiliki IMT 30 atau lebih. Penelitian telah menunjukkan bahwa obesitas berhubungan erat dengan gangguan pada fungsi reproduksi.
1. Pengaruh Obesitas pada Kesuburan Wanita
Obesitas pada wanita berhubungan dengan berbagai gangguan reproduksi, termasuk ketidakseimbangan hormon, gangguan ovulasi, dan sindrom ovarium polikistik (PCOS). PCOS merupakan kondisi hormonal yang umum pada wanita dengan obesitas, dan menyebabkan gangguan ovulasi yang signifikan.
Wanita dengan obesitas sering kali mengalami resistensi insulin, yang kemudian meningkatkan produksi androgen (hormon pria) yang dapat mengganggu siklus menstruasi. Penelitian oleh BMC Public Health menunjukkan bahwa wanita obesitas memiliki risiko dua kali lipat lebih tinggi untuk mengalami infertilitas dibandingkan mereka yang memiliki berat badan normal . Obesitas juga diketahui mempersulit keberhasilan program reproduksi berbantuan seperti in vitro fertilization (IVF), di mana wanita dengan berat badan berlebih lebih cenderung gagal dalam proses implantasi embrio .
Baca juga: Pria Bisa Mandul? Intip Beberapa Faktanya di Sini
2. Pengaruh Obesitas pada Kesuburan Pria
Obesitas tidak hanya berdampak pada wanita, tetapi juga pada pria. Pria dengan obesitas sering kali memiliki kualitas sperma yang lebih rendah, termasuk jumlah sperma yang lebih sedikit dan motilitas sperma yang buruk. Hal ini disebabkan oleh perubahan hormonal yang terjadi akibat kelebihan lemak tubuh, yang menyebabkan penurunan kadar testosteron dan peningkatan estrogen.
Penelitian yang dipublikasikan di ScienceDirect menemukan bahwa pria obesitas memiliki risiko lebih tinggi mengalami gangguan spermatogenesis, proses pembentukan sperma yang optimal. Ini berdampak langsung pada kemampuan pria untuk membuahi sel telur dan menghasilkan kehamilan secara alami.
Faktor-Faktor Penyebab Gangguan Kesuburan Akibat Obesitas
Obesitas mempengaruhi kesuburan melalui beberapa mekanisme kompleks yang melibatkan disfungsi hormon, resistensi insulin, dan peradangan kronis. Berikut adalah penjelasan lebih lanjut tentang bagaimana faktor-faktor ini berperan dalam mengganggu kesuburan pria dan wanita:
1. Disfungsi Hormon
Kelebihan lemak tubuh mempengaruhi keseimbangan hormon reproduktif baik pada pria maupun wanita. Lemak tubuh yang berlebih, terutama lemak visceral yang menumpuk di sekitar organ, dapat meningkatkan produksi hormon estrogen. Pada wanita, kelebihan estrogen dapat mengganggu siklus menstruasi dan ovulasi, yang menyebabkan gangguan pada proses pelepasan sel telur. Hal ini sering kali mengarah pada masalah seperti anovulasi (tidak adanya ovulasi), yang menjadi salah satu penyebab utama infertilitas.
Pada pria, kelebihan lemak tubuh juga meningkatkan kadar estrogen, sementara kadar testosteron cenderung menurun. Kadar testosteron yang rendah dapat mengurangi produksi sperma serta kualitas dan motilitas (gerakan) sperma, yang berdampak negatif pada kesuburan. Ini memperlihatkan bahwa keseimbangan hormon pada pria dan wanita sangat rentan terganggu oleh obesitas, yang secara langsung mengurangi peluang untuk hamil secara alami.
2. Resistensi Insulin
Salah satu konsekuensi utama dari obesitas adalah resistensi insulin, yaitu kondisi di mana tubuh tidak lagi merespons insulin secara efektif. Insulin berperan penting dalam metabolisme glukosa, dan resistensi insulin menyebabkan peningkatan kadar gula darah serta memicu tubuh memproduksi lebih banyak insulin.
Pada wanita, resistensi insulin sering dikaitkan dengan Sindrom Ovarium Polikistik (PCOS), suatu kondisi hormonal yang menyebabkan siklus menstruasi tidak teratur, gangguan ovulasi, dan pertumbuhan kista pada ovarium. PCOS merupakan salah satu penyebab utama infertilitas pada wanita obesitas. Peningkatan kadar insulin dalam darah juga merangsang produksi androgen, yang menyebabkan gejala seperti pertumbuhan rambut berlebihan (hirsutisme) dan jerawat, serta memperburuk gangguan ovulasi.
Pada pria, resistensi insulin mengganggu produksi testosteron, yang sangat penting untuk kesehatan reproduksi pria. Penurunan kadar testosteron mempengaruhi kualitas sperma dan libido, memperparah masalah kesuburan yang disebabkan oleh obesitas.
3. Peradangan Kronis
Lemak tubuh yang berlebihan, terutama pada individu obesitas, memicu peradangan kronis di seluruh tubuh. Sel-sel lemak (adiposit) memproduksi zat peradangan seperti sitokin, yang mempengaruhi berbagai fungsi tubuh, termasuk sistem reproduksi. Peradangan ini merusak jaringan ovarium pada wanita dan jaringan testis pada pria, yang pada akhirnya mengganggu proses pembentukan sel telur dan sperma yang sehat.
Pada wanita, peradangan kronis dapat mengganggu fungsi ovarium dan menyebabkan ovulasi tidak teratur atau berhenti sama sekali. Selain itu, peradangan juga meningkatkan risiko terjadinya gangguan pada implantasi embrio di dinding rahim, yang menurunkan peluang keberhasilan kehamilan, terutama pada wanita yang menjalani program IVF (fertilisasi in vitro).
Pada pria, peradangan kronis akibat obesitas menurunkan kualitas sperma, termasuk mengurangi motilitas sperma dan meningkatkan fragmentasi DNA sperma. Fragmentasi DNA sperma dapat menyebabkan embrio yang terbentuk tidak sehat, yang berujung pada keguguran dini atau kegagalan kehamilan.
Baca juga: Hipogonadisme: Pengertian, Gejala, dan Pengobatan
Mekanisme Lain yang Menghubungkan Obesitas dan Infertilitas
Selain tiga faktor utama di atas, obesitas juga dapat menyebabkan masalah kesuburan melalui mekanisme lain seperti:
- Gangguan Metabolisme Leptin: Leptin adalah hormon yang diproduksi oleh jaringan lemak dan berperan dalam mengatur nafsu makan serta keseimbangan energi. Pada individu obesitas, kadar leptin sering meningkat, namun tubuh tidak lagi merespons hormon ini secara efektif (leptin resistance). Ini dapat memengaruhi fungsi hipotalamus, yang merupakan pusat pengaturan hormon reproduksi, sehingga mengganggu pelepasan hormon gonadotropin yang penting untuk ovulasi dan produksi sperma.
- Sleep Apnea: Individu obesitas, terutama pria, lebih rentan mengalami sleep apnea (gangguan pernapasan saat tidur). Sleep apnea dikaitkan dengan penurunan kualitas sperma karena kadar oksigen yang rendah selama tidur dan peningkatan stres oksidatif yang merusak sperma.
Kesimpulannya, obesitas mempengaruhi kesuburan melalui interaksi yang kompleks antara hormon, resistensi insulin, dan peradangan kronis. Mengelola obesitas dengan menurunkan berat badan secara bertahap dapat membantu memperbaiki keseimbangan hormon dan meningkatkan peluang kehamilan.
Risiko Kesehatan Lainnya yang Berhubungan dengan Obesitas dan Infertilitas
Selain mempengaruhi kesuburan, obesitas meningkatkan risiko berbagai kondisi kesehatan serius seperti diabetes tipe 2, hipertensi, dan penyakit jantung. Bagi wanita yang mengalami obesitas selama kehamilan, terdapat peningkatan risiko komplikasi seperti preeklampsia, diabetes gestasional, serta keguguran. Sedangkan bagi pria, obesitas dapat menyebabkan disfungsi ereksi dan menurunkan libido, yang semakin memperburuk masalah infertilitas .
Langkah-Langkah Mengatasi Infertilitas Akibat Obesitas
Mengingat pengaruh signifikan obesitas terhadap kesuburan, mengelola berat badan menjadi salah satu langkah utama untuk meningkatkan peluang kehamilan. Penurunan berat badan sebanyak 5-10% sudah dapat memberikan dampak positif pada kesuburan wanita, terutama bagi mereka yang memiliki gangguan ovulasi akibat PCOS . Berikut adalah beberapa cara untuk mengatasi obesitas dan meningkatkan peluang kehamilan:
- Perubahan Gaya Hidup: Menerapkan pola makan sehat dan berolahraga secara rutin sangat penting untuk menurunkan berat badan dan meningkatkan keseimbangan hormon.
- Konsultasi Medis: Untuk pasangan yang mengalami masalah kesuburan akibat obesitas, penting untuk berkonsultasi dengan spesialis kesuburan untuk mendapatkan penanganan yang tepat.
- Program Penurunan Berat Badan Terarah: Bergabung dalam program penurunan berat badan yang dipandu oleh ahli gizi dan dokter dapat membantu mencapai hasil yang lebih optimal.
- Terapi Fertilitas: Dalam beberapa kasus, terapi fertilitas seperti IVF dapat digunakan sebagai opsi setelah penurunan berat badan dilakukan, untuk meningkatkan peluang kehamilan.
Baca juga: Primary Ovarian Insufficiency (POI): Penyebab, Gejala, dan Penanganan
Obesitas secara signifikan mempengaruhi kesuburan baik pada pria maupun wanita melalui berbagai mekanisme seperti disfungsi hormon, resistensi insulin, dan peradangan kronis. Menurunkan berat badan dan mengelola obesitas dengan baik dapat meningkatkan peluang kehamilan secara alami dan memperbaiki efektivitas terapi fertilitas. Mengatasi obesitas melalui perubahan gaya hidup dan intervensi medis yang tepat adalah langkah penting bagi pasangan yang mengalami infertilitas.
Mengelola berat badan tidak hanya penting untuk meningkatkan kesuburan, tetapi juga untuk menjaga kesehatan secara menyeluruh dan mengurangi risiko komplikasi selama kehamilan dan persalinan. Bagi siapa saja yang berjuang dengan masalah kesuburan dan obesitas, konsultasi dengan tenaga medis profesional merupakan langkah yang sangat disarankan untuk mendapatkan penanganan terbaik.
Untuk mengetahui lebih dalam mengenai kesehatan sistem reproduksi, program kehamilan ataupun masalah infertilitas, Anda bisa konsultasikan dengan dokter-dokter kandungan profesional di Morula IVF Indonesia. Klinik fertilitas ini menawarkan konsultasi kandungan profesional dan komprehensif. Dengan pengalaman lebih dari 26 tahun, Morula IVF memiliki tim dokter spesialis kandungan yang berdedikasi untuk membantu pasangan untuk memiliki buah hati yang sehat. Untuk informasi lebih lanjut, Anda dapat menghubungi atau telusuri website resmi Morula IVF untuk menyampaikan pertanyaan maupun konsultasi.
Referensi:
- ASRM. (2021). Obesity and Reproduction: A Committee Opinion. American Society for Reproductive Medicine. Diakses pada 30 September 2024.
- Brewer, C. J., & Balen, A. H. (2010). The adverse effects of obesity on conception and implantation. Reproduction, 140(3), 347–364. Diakses pada 30 September 2024.
- HealthCentral. (2023). How Obesity Affects Fertility. Diakses pada 30 September 2024.
- Zhou, Y., et al. (2023). Obesity and fertility: A cross-sectional study on the correlation between obesity and infertility in reproductive-aged women. BMC Public Health, 23(16397). Diakses pada 30 September 2024.